Tulisan ini ga sengaja gue temukan di dalam buku LKS Bahasa Indonesia halaman 17, kelas 2 SMA. Entah apa yang gue tulis pada saat itu, ketika gue diminta mengarang indah oleh Pak Karnita. Tulisan ini adalah karangan semata yang udah gue rombak sedemikian rupa agar menjadi tulisan yang menurut gue romantis, tapi mungkin menurut kalian justru memuakkan. Jadi jangan terlalu dianggap serius ya. Jangan muntah juga, ini karangannya :
Dear kamu,
Iya, kamu.
Kamu yang saat ini tiba-tiba hinggap di kepalaku.
Kamu yang terkadang membuatku kesal dengan cara kerja otak yang suka seenaknya memutar kenangan.
Kamu yang ketika namanya disebut oleh orang lain yang bercerita hal tentangmu selalu sukses membuat hatiku berdegup kencang.
Iya, kamu.
Kamu yang sekarang lanjut usia.
Kamu yang sekarang punya rambut hitam yang didominasi oleh rambut berwarna putih.
Padahal untuk ukuran umurmu, sepertinya kamu terlalu muda untuk memiliki uban yang jumlahnya ga berbeda jauh dengan lapisan wafer tanggo, ratusan.
Kamu yang selalu tidur di pangkuanku setiap datang.
Kamu yang selalu diam ketika aku tidur bersandar di bahumu, padahal aku tau pasti bahwa kepalaku cukup berat.
Aku tahu kamu pegal, tapi kamu ga pernah bilang, apalagi mengeluh.
Aku ingat saat pertama kali kamu memelukku.
Kamu memelukku erat sambil mencium pundakku, seakan kamu bisa merasakan aroma bebanku disana.
Aku juga ingat saat kamu mengepel lantai karena rumahku kebocoran. Aku hanya termenung melihat cara kamu mengepel lantai. Aku terpana, aku terpesona. Dan pada saat itu aku mulai jatuh cinta.
Aku ga butuh pria tampan kaya raya berbadan sixpack. Aku hanya butuh pria yang bisa mengepel lantai.
Tau kenapa?
Karena cinta itu sederhana.
Sesederhana cintaku pada pandangan pertama ketika melihat kamu mengepel lantai dengan cekatan.
Kamu seksi sekali pada saat itu. Sungguh.
Tapi pada akhirnya nasib menentukan bahwa kita harus berpisah.
Berpisah bukan karena aku ga cinta. Melainkan aku yang terlalu cinta dengan masa depanku.
Aku yang terlalu malas berjuang untuk mendapatkan cintamu.
Dan kamu juga yang terlalu malas untuk berkomitmen.
Hidup bersamamu mungkin indah. Tapi seindah-indahnya itu hanyalah mimpi. Mimpi indah yang sangat menyakitkan.
Karena ketika aku terbangun, kenyataan jauh lebih pahit dari mimpi, sehingga terkadang aku ga mau terbangun dan berharap mimpinya bisa bersambung terus.
Tapi sekali lagi itu hanya mimpi.
Dan mohon disimak baik-baik bahwa kali ini yang akan aku katakan bukanlah mimpi.
Sama sekali bukan.
Bahwa..
Aku..
akan..
menikah..
Iya, menikah.
Menikah.
Menikah.
Sekali lagi ah..
MENIKAH!!
Entah apa perasaanmu saat ini, tapi kamu harus mendoakanku. Karena aku ingin bahagia, walaupun tidak bersama kamu.
Selamat tinggal.
Selamat jalan kamu beserta kenangan. Beristirahatlah dengan tenang, karena doaku juga akan selalu menyertaimu.
Dari aku seorang aneh yang pernah sekejap mampir di hidupmu.